MAKALAH “HADIST MAUDHU DAN PERMASALAHANNYA”

 

MAKALAH

“HADIST MAUDHU DAN PERMASALAHANNYA

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Kelompok

Mata Kuliah : Ulumul Hadist

Dosen Pengampuh : Abdul Kholik,SH.I,MH

 

                               

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Disusun Oleh :

1. Putri Ayu Ningsih

 

 

Semester : 1

 

 

(STAIMA)

Sekolah Tinggi Agama Islam Ma’had Aly Cirebon

 

 

KATA PENGANTAR

 

 Assalamu Alaikum Wr.Wb.

   Syukur Alhamdulillah segala puji bagi Allah SWT. Atas segala nikmat dan karuniaNya.Shalawat dan salam yang tak lupa pula kita panjatkan kepada junjungan kita RasulullahMuhammad SAW yang telah membawa kita dari zaman kegelapan/jahiliyah kealam terang benderang sekarang ini. Akhirnya saya dapat menyelesaikan makalah dengan daya dan upaya yang terbatas maka makalah ini dapat diselesaikan

   Adapun judul makalah ini adalah “Siklus akuntansi tahap penyusunan laporan keuangan” Akhir kata saya berharap apa yang saya tulis ini dapat bermamfaat bagi pembaca dan terkhusus bagi kita untuk digunakan sebagai pembelajaran dalam membuatkan karya-karya baru lainnya.Semoga Allah Swt senantiasa tetap memberikan petunjuk dan bimbingan-Nya kepada kami menuju jalan lurus yang penuh dengan Ridha-Nya.

Amin Ya Rabbal Alamin.

Wassalamu alaikum Wr.Wb.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

                       

                       

 

           

 

 

i 

DAFTAR ISI

 

KATA PENGANTAR.................................................................................................................. i

DAFTAR ISI.............................................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN............................................................................................................ 1

1.1 Latar Belakang....................................................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah................................................................................................................... 1

1.3 Tujuan................................................................................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN.......................................................................................................... 2

2.1 Pengertian hadist maudhu.................................................................................................... 2

2.2 Macam-macam hadist maudhu............................................................................................ 2

2.3 Faktor penyebab munculmya hadist maudhu...................................................................... 3

2.4 Ciri-ciri hadist maudhu........................................................................................................ 4

BAB III PENUTUP.................................................................................................................. 8

3.1 Kesimpulan.......................................................................................................................... 8

3.2 Saran.................................................................................................................................... 8

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................... 9

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

ii


BAB I PENDAHULUAN

 

 

1.1 LATAR BELAKANG 

        Umat Islam sepakat bahwa hadits merupakan sumber ajaran Islam kedua setelah al-

Qur’an. Ilmu hadits merupakan salah satu pilar-pilar tsaqofah islam yang memang sudah selayaknya dimiliki oleh setiap kaum muslimin. Dewasa ini, begitu banyak opini umum yang berkembang yang mengatakan bahwa ilmu hadits hanya cukup dipelajari oleh para salaafussholih yang memang benar-benar memiliki kemampuan khusus dalam ilmu agama, sehingga opini ini membuat sebagian kaum muslimin merasa tidak harus untuk mempelajari ilmu hadits.            

      Hal ini tentu sangat tidak dibenarkan karena dapat membuat kaum muslimin menjadi kurang tsaqofah islamnya terutama dalam menjalankan sunnah-sunnah Rosulullah shollallahu’alaihi wasallam. Terlebih dengan keadaan saat ini dimana sangat banyak beredar hadits-hadits dho’if dan hadits palsu yang beredar di tengah-tengah kaum muslimin dan tentunya hal ini akan membuat kaum muslimin menjadi para pelaku bid’ah. Jika kaum muslimin masih memandang remeh tentang ilmu hadits ini, maka tentu ini adalah suatu hal yang sangat berbahaya bagi ‘aqidah kaum muslimin dalam menjalankan sunnah Rosulullah shollallahu’alaihi wasallam. 

       Maka dari itu, sudah sepantasnya bagi setiap muslim untuk mempelajarinya supaya tidak timbul kesalah pahaman, apalagi yang berkaitan dengan permasalahan  Hadits Maudhu’ yang dapat menyebabkan tidak diterimanya amal ibadah seorang muslim karena mengamalkan hadist maudhu

 

1.2 RUMUSAN MASALAH 

1.        Apa Itu Hadist Maudhu? 

2.        Apa saja Macam-macam hadist maudhu? 

3.        Apa saja faktor penyebab munculnya hadist maudhu?

4.        Apa saja ciri-ciri hadist maudhu?

 

1.3  TUJUAN

1.      Mengetahui definisi hadist maudhu

2.      Mengetahui macam-macam hadist maudhu

3.      Mengetahui faktor-faktor penyebab munculnya hadist maudhu 4. Mengetahui apa saja ciri-ciri hadist maudhu

 

 

 

 

 

BAB II PEMBAHASAN

 

2.1 PENGERTIAN HADIST MAUDHU

 

       Hadits palsu dalam bahasa ‘Arab dikenal dengan istilah Hadits Maudhu’. Secara etimologi al-Maudhu’ (الموضوع) merupakan bentuk isim maf’ul dari kataيضع  -  وضع. Kata tersebut memiliki makna menggugurkan, meletakkan, meninggalkan, dan mengada-ada. Jadi secara bahasa Hadits Maudhu’ dapat disimpulkan yaitu hadits  yang diada-adakan atau dibuat-buat. Hadist maudhu’ adalah hadist buatan dan palsu yang dinisbatkan seakan-akan berasal dari Nabi SAW. Hadist maudhu’ sering dimasukkan ke dalam jenis hadist dla’if yang disebabkan oleh tidak terpenuhinnya syarat ke adilan periwayat, Sementara ada sebagian ulama yang tidak memasukkan hadist maudhu’ kedalam jenis hadist dla’if tetap merupakan bagian tersendiri.

   Sedangkan menurut istilah sebagaimana dalam Kitab Minhatul Mughits, Bab Hadits Maudhu' adalah sebagai berikut :

                                        ه   و  الْ مكْذ وْ ب   عل ى  ر سوْ  ل                                                                       اللّٰ      صلىَّ       اللّٰ  عل يْ ه   و سل مَّ   منْ  ق وْ ل  ا  وْ  فعْ  ل ا وْ  ت قْ ريْ  ر ا وْ  ن حْ و  ذٰ ل ك   عمْدًا

"Hadits Maudhu' adalah hadits yang didustakan atas nama Rasulullah SAW, baik perkataan, perbuatan, ketetapan, dan sebagainya secara sengaja".

 

Jadi, jelaslah mengapa hadits ini diistilahkan sebagai Hadits Palsu, karena memang isinya memuat kedustaan atau kebohongan dengan mengatasnamakan Rasulullah SAW dan itu dilakukan memang secara sengaja.

 

2.2 MACAM-MACAM HADIST MAUDHU

Adapun hadits maudhu’ itu ada beberapa macam, yaitu:

1.      Seseorang mengatakan sesuatu, yang sebenarnya keluar dari dirinya sendiri, kemudian dia meriwayatkannya dengan menghubungkannya kepada Rasulullah saw.

2.      Seseorang mengambil perkataan dari sebagian ahli fiqh, atau lainnya, kemudian dia menghubungkannya kepada Nabi saw.

3.      Seseorang melakukan kesalahan dalam meriwayatkan suatu hadits dengan tidak ada unsur kesengajaan mendustakan kepada Nabi saw, sehingga riwayatnya itu menjadi maudhu’, seperti peristiwa yang terjadi pada Habib bin Musa Al-Zahid dalam hadits:“Barangsiapa banyak shalatnya di malam hari wajahnya indah berseri di siang hari.”

 

4.      Seseorang melakukan kesalahan dalam memberi hukum maudhu’ terhadap suatu hadits secara terbatas tetapi sebenarnya riwayat itu shahih dari selain Nabi, yang adakalanya dari sahabat, tabi’in, atau dari orang-orang yang datang sesudahnya, sehingga orang yang melakukannya memperoleh teguran salah atau keliru dalam menganggap hadits itu marfu’. Akan tetapi, jika seseorang itu memasukkan riwayat yang demikian ke dalam klasifikasi hadits maudhu’, maka dia adalah salah, sebab ada perbedaan antara hadits maudhu’ dengan hadits mauquf.

 

2.3 FAKTOR PENYEBAB MUNCULNYA HADIST MAUDHU

        Munculnya pemalsuan hadits berawal dari terjadinya fitnah di dalam tubuh Islam. Dimulai dengan terbunuhnya Amirul Mukminin ‘Umar bin Khaththab, kemudian Utsman bin ‘Affan, dilanjutkan dengan pertentangan yang semakin memuncak antara kelompok  ta’ashub ‘Ali bin Abi Thalib di Madinah dan Mu’awiyah di Damaskus sehingga terjadi perselisihan yang tidak bisa terelakan lagi. Namun lebih ironis lagi bahwa sebagian kaum muslimin yang berselisih ini ingin menguatkan kelompok dan golongan mereka masing-masing dengan al-Qur’an dan alHadits.

     Dikarenakan mereka tidak menemukan teks yang tegas yang mengukuhkan pendapatnya masing-masing, karena banyaknya pakar al-Qur’an dan al- Hadits pada saat itu, akhirnya sebagian diantara mereka membuat hadits-hadits yang disandarkan kepada Rasulullah shollallahu’alaihi wasallam untuk mendukung golongan masing-masing. Inilah awal sejara timbulnya hadits palsu dikalangan umat islam.

     Berdasarkan data sejarah, pemalsuan hadits tidak hanya lakukan oleh orang-orang Islam, tetapi juga dilakukan oleh orang-orang non-Islam. Ada beberapa motif yang mendorong mereka membuat hadits palsu yaitu sebagai berikut:

1.   Pertentangan politik Pertentangan politik ini terjadi karena adanya perpecahan antara golongan yang satu dengan golongan yang lainnya, dan mereka saling membela golongan yang mereka ikuti serta mencela golongan yang lainnya. Seperti yang terjadi pada polemik pertentangan kelompok ta’ashub ‘Ali bin Abi Thalib dan Mu’awiyah sehingga terbentuk golongan syi’ah, khawariz, dll. yang berujung pada pembuatan hadits palsu sebagai upaya untuk memperkuat golongannya masing-masing. 

2.   Usaha kaum Zindiq Kaum Zindiq adalah golongan yang membenci Islam, baik sebagai agama ataupun sebagai dasar pemerintahan. Mereka merasa tidak mungkin dapat melampiaskan kebencian melalui konfrontasi dan pemalsuan Al-Qur’an, sehingga menggunakan cara yang paling tepat dan memungkinkan, yaitu melakukan pemalsuan hadits, dengan tujuan menghancurkan agama islam dari dalam. Salah satu diantara mereka adalah Muhammad bin Sa’id al-Syami, yang dihukum mati dan disalib karena kezindiqannya. Ia meriwayatkan hadits dari Humaid dari Anas secara marfu’ : أناخات م  النبياين ل نب اي  بعديْ  إلا  أن يشاءالله "Aku adalah nabi terakhir, tidak ada lagi nabi sesudahku, kecuali yang Allah kehendaki.”

 

3.   Sikap ta’ashub terhadap bangsa,suku,bahasa,negeri,dan pimpinan

    Salah satu tujuan pembuatan hadits palsu adalah adanya sifat ego dan fanatik buta serta ingin menonjolkan seseorang, bangsa, kelompok, dan sebagainya. Itu disebabkan karena kebencian, bahkan balas dendam semata. 

4.   Mempengaruhi kaum awam dengan kisah dan nasihat Kelompok yang melakukan pemalsuan hadits ini bertujuan untuk memperoleh simpati dari pendengarnya sehingga mereka kagum melihat kemampuannya. Jadi pada intinya mereka membuat hadits yang disampaikan kepada yang lainnya terlalu berlebih-lebihan dengan tujuan ingin mendapat sanjungan. 

5.   Perbedaan pendapat dalam masalah ‘Aqidah dan ilmu Fiqih Munculnya hadits-hadits palsu dalam masalah ini berasal dari perselisihan pendapat dalam hal ‘aqidah dan ilmu fiqih para pengikut madzhab. Mereka melakukan pemalsuan hadits karena didorong sifat fanatik dan ingin menguatkan madzhabnya masing-masing. Misalnya hadits palsu yang isinya tentang keutamaan Khalifah ‘Ali bin Abi Thaalib: عل اي  خيرالبشر من ش اك  فيه كف ر "’Ali merupakan sebaikbaik manusia, barangsiapa yang meragukannya maka ia telah kafir.”

6.   Membangkitkan gairah beribadah, tanpa mengerti apa yang dilakukan Sebagian orang sholih,  ahli zuhud dan para ulama akan tetapi kurang didukung dengan ilmu yang mapan, ketika melihat banyak orang yang malas dalam beribadah, mereka pun membuat hadits palsu dengan asumsi bahwa usahanya itu merupakan upaya mendekatkan diri kepada Allah subhaanahuwata’ala dan menjunjung tinggi agama-Nya melalui amalan yang mereka ciptakan, padahal hal ini jelas menunjukan akan kebodohan mereka. Karena  Allah subhaanahuwata’ala dan Rasul-Nya tidak butuh kepada orang lain untuk menyempurnakan dan memperbagus syari’at-Nya.

7.   Pendapat yang membolehkan seseorang untuk membuat hadits demi kebaikan 

Sebagian kaum muslimin ada yang membolehkan berdusta atas nama Rasulullah shollallahu’alaihi wasallam untuk memberikan semangat kepada umat dalam beribadah, padahal para ’ulama telah sepakat atas haramnya berdusta atas nama Rasulullah shollallahu’alaihiwasallam ,apapun sebab dan alasannya.

 

2.4. CIRI – CIRI HADIST MAUDHU

     Para ulama ahli hadits telah menetapkan beberapa kriteria untuk bisa membedakan antara hadits shohih, hasan dan dho’if. Mereka pun menetapkan beberapa kaidah dan ciri-ciri agar bisa mengetahui kepalsuan sebuah hadits. Berikut adalah beberapa ciri-ciri Hadits Maudhu’ yang diambil dari berbagai sumber. Secara garis besar ciri-ciri Hadits Maudhu’ dibagi menjadi dua, yaitu:

1)        Dari segi Sanad (Para Perawi Hadits) Sanad adalah rangkaian perawi hadits yang menghubungkan antara pencatat hadits sampai kepada Rasulullah shollallahu’alaihi wasallam. Terdapat banyak hal untuk bisa mengetahui kepalsuan sebuah hadits dari sisi sanadnya ini, diantaranya adalah: 

       Salah satu perawinya adalah seorang pendusta dan hadits itu hanya diriwayatkan oleh dia, serta tidak ada satu pun perawi yang tsiqoh (terpercaya) yang juga meriwayatkannya, sehingga riwayatnya dihukumi palsu. 

a.       Pengakuan dari pemalsu hadits, seperti pengakuan Abu ‘Ishmah Nuh bin Abi Maryam, bahwa ia telah memalsukan hadits-hadits tentang keutamaan al-Qur`an juga pengakuan Abdul Karim bin Abi Auja’ yang mengaku telah memalsukan empat ribu hadits. 

b.      Fakta-fakta yang disamakan dengan pengakuan pemalsuan hadits, misalnya seorang perawi meriwayatkan dari seorang syekh, padahal ia tidak pernah bertemu dengannya atau ia lahir setelah syekh tersebut meninggal, atau ia tidak pernah masuk ke tempat tinggal syekh. Hal ini dapat diketahui dari sejarah-sejarah hidup mereka dalam kitabkitab yang khusus membahasnya. 

c.       Dorongan emosi pribadi perawi yang mencurigakan serta ta’ashub terhadap suatu golongan. Contohnya seorang syi’ah yang fanatik, kemudian ia meriwayatkan sebuah hadits yang mencela para sahabat atau mengagungkan ahlul bait.

 

2)        Dari segi Matan (Isi Hadits) Matan adalah isi sebuah hadits.

 Diantara hal yang paling penting untuk bisa mengetahui kepalsuan sebuah hadits dari sisi ini adalah: 

a.       Tata bahasa dan struktur kalimatnya jelek, sedangkan Rasulullah shollallahu’alaihi wasallam adalah seorang yang sangat fasih dalam mengungkapkan kata-kata, karena beliau adalah seseorang yang dianugerahi oleh Allah subhaanahuwata’ala Jawami’ul Kalim (kata pendek yang mengandung arti luas).

b.       Isinya rusak karena bertentangan dengan hukum-hukum akal yang pasti, kaidah-kaidah akhlak yang umum, atau bertentangan dengan fakta yang dapat diindera manusia. Contohnya

 إ ان  سفينة نو ح  طافتْ  بالبي ت  سبعًا وصلاتْ  خلف المقا م  ركعتي ن adalah sebuah hadits :

 “Bahwasannya kapal nabi Nuh thawaf keliling Ka’bah tujuh kali lalu shalat dua raka’at di belakang maqam Ibrahim.”

c.       Bertentangan dengan nash al-Qur`an, as-Sunnah, atau Ijma’ yang pasti dan hadits tersebut tidak mungkin dibawa pada makna yang benar. Contoh Hadits Maudhu’’ yang maknanya

bertentangan dengan al-Qur’an, ialah hadits:   ول د   ال از نا ل يد خْ ل  اْل ج نا ة  ا ل ى  سبْ ع ة  ا بْن اء  “Anak zina

itu,tidak dapat masuk surga, sampai tujuh keturunan.” Makna hadits ini bertentangan dengan kandungan ayat al-Qur’an : ول ت  ز  ر  وا ز ر ة   وزْ  ر أ خْ رى  “Dan seorang yang berdosa tidak akan memikul dosa orang lain.”Kandungan ayat tersebut menjelaskan bahwa dosa seseorang tidak dapat dibebankan kepada orang lain, sampai seorang anak sekalian tidak dapat dibebani dosa orang tuanya.

d.       Setelah diadakan penelitian terhdap suatu hadis ternyata menurut ahli hadis tidak terdapat dalam hafalan para rawidan tidak terdapat dalam kitab-kitab hadis, setelah penelitiandan pembukuan hadis sempurna.

e.       Hadisnya menyalahi ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan.

f.        Hadisnya bertentangan dengn petunjuk Al-Quran yang pasti.

    

      Berikut ini  adalah beberapa contoh Hadits Maudhu’ bersama keterangannya, serta di mana perlu, akan kami sebutkan bagian dari sebab-sebabnya atau tanda-tandanya.

                                                                                                               ا ذ ا  ص دق  ت  الْ م حبَّة    سق  طتْ  ش  روْط   الْْ  د ب       1

 Artinya: Apabila rapat percintaan (antara seorang dengan yang lain), maka gugurlah syaratsyarat adab.

Keterangan:

Perkataan ini, orang katakan hadits Nabi saw, padahal sebenarnya adalah itu ucapan seorang yang bernama Junaid.

Karena ucapan tersebut bukan sabda Nabi saw, maka yang demikian dinamakan maudhu’, yakni Hadits yang dibuat-buat orang.

 

                                                                                               .ا نَّ  ا لْق  م ر   د خ ل   في  جيْ ب   ص  و خ ر ج   منْ  ك  ام ه     2

Artinya: Sesungguhnya bulan pernah masuk dalam saku baju Nabi saw., dan keluar dari tangan   bajunya.

Keterangan:

Ucapan ini bukan sabda Nabi, tetapi orang katakan hadits Nabi saw. Jadi dinamakan dia maudhu’, palsu.

Tukang-tukang cerita sering membawakan hadits itu waktu menceritakan perjalanan atau maulid Nabi, dengan maksud supaya orang tertarik mendengarkan ceritanya.

Perasaan atau keyakinan kita mesti mendustakan isinya, karena tidak terbayang dalam fikiran, bahwa bulan yang begitu besar dapat masuk dalam saku baju Nabi yang tidak beda dengan saku-saku kita, dan keluar dari lubang tangan baju yang besarnya sudah kita maklum.

 

 

 النن ظَّ ر  ا ل ي ال وجْ ه  اْلج ميْ ل   ع با دة       3

Artinya: Melihat wajah yang cantik itu, ‘ibadat.

Keterangan:

Barangsiapa memperhatikan isi ucapan tersebut, tentu akan mengatakan, bahwa maksudnya itu untuk membangunkan syahwat manusia, sehingga orang mau mengerjakan perbuatan yang tidak senonoh, sedang salah satu daripada keutamaan manusia, ialah menjaga syahwatnya.

Sabda Nabi tidak akan bertentangan dengan sifat keutamaan manusia, tetapi Hadits itu nyatanya berlawanan; teranglah bahwa itu bukan Hadits Rasulullah saw. Oleh sebab itu dia disebut hadits maudhu”

 

             

 

BAB III PENUTUP

 

3.1 kesimpulan

     Berdasarkan dari beberapa pengertian Hadits Maudhu’ menurut para ’ulama, dapat disimpulkan bahwa Hadits Maudhu’ adalah hadits yang disandarkan kepada Rasulullah shollallahu’alaihi wasallam secara dibuat-buat dan dusta, baik itu disengaja maupun tidak sengaja, padahal beliau tidak mengatakan, tidak melakukan dan tidak mentaqrirkannya. Hadits Maudhu’ bisa berupa perkataan dari seorang pemalsu, baik itu dari golongan orang biasa yang sengaja membuatnya demi kepentingan tetentu, atau para ahli hikmah, orang zuhud, bahkan Isra’iliyyat. Selain itu bisa juga merupakan kesalahan rawi dalam periwayatan dengan syarat dia mengetahui kesalahan itu namun dia membiarkannya. Kemunculan hadits-hadits palsu berawal dari terjadinya fitnah di dalam tubuh Islam. 

     Dimulai dengan terbunuhnya para khalifah sebelum ‘Ali bin Abi Thaalib rodliyallahu’anhum, dilanjutkan dengan perseteruan yang semakin memuncak antara kelompok  ta’ashub ‘Ali bin Abi Thalib dan Mu’awiyah. Sehingga terpecahlah islam menjadi beberapa golongan, yang mana sebagian kaum muslimin yang berselisih ini ingin menguatkan kelompok dan golongan mereka masing-masing dengan al-Qur’an dan al-Hadits.

 

3.2 Saran

Dari hasil kesimpulan di atas, maka kami mengharapkan agar pembaca dapat memberikan saran-saran yang tidak menutup kemungkinan dapat mendatangkan manfaat bagi makalah ini:

1.Diharapkan makalah ini bisa bermnfaat pada keilmuan yang selanjutanya yang akan menjelaskan lebih jauh tenang judul makalah ini.

2.    Diharapkan pada makalah ini bisa di jadikan rujukan untuk pembaca dan pelajar manusia yang ada di dunia ini.

 

 

 

 

 

 

DAFTAR PUSTAKA

 

Agus Solahudin. Ulumul Hadist. Bandung: CV. Pustaka Setia.

Kasman. Hadist Dalam Pandangan Muhammadiyah. Yogyakarta: Penerbit Mitra Pustaka. 2012.

Nurrudin, Ulumul Hadis.PT Remaja Rosdakarya Bandung. Cetakan pertama. 2012

Abdul Fatah Abu Ghuddah, lamhat Min Tarikh As-Sunnah wa Ulum Al-Hadits

Fathur Rahman, Ikhtisar Musthalahahul Hadits, Bandung: Al-Ma’arif, 1974

Drs. Munzier suprapto. M. A, dan Drs. Utang Ranuwijaya, Ilmu Hadits, raja grapindo persada, Jakarta, 1993

Drs. M. Agus Solahudin, M. Ag, dan Agus Suyadi, Lc. M. Ag, Ulumul Hadits, Bandung: Pustaka Setia, 2009

Khusniati Rofiah, studi ilmu Hadits, stain po prees, bandung, 2010

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Posting Komentar

0 Komentar